Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 08 Januari 2014

3 Teori Pengembangan Diri dan cara membaca & menyikapinya

3 Teori Perkembangan Diri dan  Cara membaca Teori Pengembangan Diri dan  menyikapinya
1.      Sigmund Freud
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan yakni tahap infatil (0 – 5 tahun), tahap laten (5 – 12 than) dan tahap genital (> 12 tahun). Tahap infatil yang faling menentukan dalam membentuk kepribadin, terbagi menjadi 3 fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan oleh perkembangan insting seks, yang terkait dengan perkembangan bilogis, sehingga tahp ini disebut juga tahap seksual infatil. Perkembangan insting seks berarti perubahan kateksis seks dan perkembangan bilogis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilh menjadi pusat kepuasan seksul (arogenus zone). Pemberian nama fase-fase perkembangan infatil sesuai dengan bagian tubuh daerah erogen-yang menjadi kateksis seksual pada fase itu. Pada tahap laten, impuls seksual mengalami represi, perhatian anak banyak tercurah kepada pengembangan kognitif dan keterampilan. Baru sesudah itu, secara bilogis terjadi perkembangan puberts yang membangunkan impuls seksual dari represinya untuk berkembang mencapai kemasakan. Pada umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapi pada usia 20 tahun (Anonim, 2010).
2.      Carl Gustav Jung
Perkembangan kepribadian menurut pandangan Carl Gustav Jung lebih lengkap dibandingkan dengan Freud. Jung beranggapan bahwa semua peristiwa disebabkan oleh sesuatu yang terjadi di masa lalu (mekanistik) dan kejadian sekarang ditentukan oleh tujuan (purpose). Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara karena terpenjara oleh masa lalu. Manusia tidak bebas menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu tidak dapat diubah. Sebaliknya, prinsip purposif memubat orang mempunyai perasan penuh harapan, ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja. Dari keduanya dapat diambil sisi positifnya, kegagalan di masa lalu bukan dijadikan beban tapi dijadikan pengalaman yang kemudian digunakan sebagai stimuli untuk belajar lebih baik dari kegagalan tersebut. Terlepas dari kegagalan seseorang harus memiliki angan, impian dan harapan, hal inilah yang kemudian mengarahkan pada tujuan yang akan diraih di masa mendatang.
3.      Erik H. Erikson
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan.
1.      Karena teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia.
2.      Menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan.
3.      Terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan.

Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia.
Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.
Cara membaca Teori Pengembangan Diri dan cara menyikapinya
1.      Potensi manusia itu tak terbatas. Potensi di sini makudnya adalah berbagai kapasitas di dalam diri kita yang masih berbentuk bahan baku. Namanya juga bahan baku. Bahan baku itu bisa diolah menjadi bentuk apa saja, tergantung proses pengolahannya. Karena itu, kata Prof. Howard Gardner, istilah-istilah yang ia kemukakan dalam teorinya tentang kecerdasan itu bukanlah domain bawaan yang sudah baku dan begitu adanya, melainkan sebuah "new construct". Artinya, orang akan memiliki kecerdasan Intrapersonal apabila potensi yang dikembangan selama ini lebih banyak mengarah pada terbentuknya kecerdasan ini. Kecerdasan Intrapersonal yang ia miliki adalah bentukan baru (new construct) dari diri orang itu.
Dengan kata lain, karena potensi yang kita miliki itu hanya sedikit sekali yang bisa dijelaskan dengan istilah-istilah bahasa, maka jangan sampai kita menggunakan istilah-istilah itu untuk membatasi diri. Pilihan yang bisa kita ambil adalah, kita bisa menjadikan pekerjaan atau penugasan yang diberikan ke kita sebagai ruang atau wilayah untuk mengungkap berbagai potensi yang belum ada bahasanya. Sangat mungkin sekali kita bisa menemukan potensi dasar yang bisa dijadikan keunggulan.

2.      Kemampuan dasar manusia itu punya sifat fleksibel, dalam arti bisa diterapkan ke berbagai pekerjaan atau profesi apapun. Dari penjelasan para ahli dapat kita simpulkan bahwa yang mereka katakan tentang bakat, kecerdasan, kepribadian, dan lain-lain, itu sebagian besarnya tidak terkait dengan pekerjaan, profesi atau sebutan tertentu, melainkan lebih terkait dengan peranan yang bisa kita lakukan. Mengacu pada pendapat ini berarti di semua pekerjaan atau profesi atau jabatan yang ditugaskan ke kita, pada dasarnya masih tetap ada peranan-peranan tertentu yang match dengan bakat, kecerdasan, atau kepribadian kita. Salah seorang kenalan saya tidak bisa berartikulasi secara verbal layaknya seorang network  builder yang kita bayangkan. Tetapi prakteknya tidak begitu.
Artinya, terkadang terlalu dini kita menyimpulkan tidak cocok jadi marketer, network builder, negosiator, dan lain-lain hanya karena kita merasa sebagai orang introvert atau  intrapersonal. Kemungkinan besar yang terjadi adalah, kita belum menemukan peranan yang benar-benar pas untuk kita mainkan di pekerjaan itu. Untuk bisa menemukannya memang butuh experiencing.

3.      Acuan untuk mengembangkan-diri. Pada prakteknya memang yang akan terjadi adalah, ada peranan tertentu yang kita mainkan dengan bagus dan ada yang kurang atau belum bagus. Yang pertama kita sebut keunggulan dan yang kedua kita sebut kelemahan. Ini perlu kita akui secara fair. Memang tidak ada manusia yang sempurna di segala bidang.
Nah, teori-teori yang sudah diungkap para ahli dengan susah payah itu akan lebih bagus kalau kita jadikan acuan untuk mengembangkan diri berdasarkan perkembangan keadaan kita. Misalnya untuk keperluan melanjutkan kuliah, melakukan otodidak keahlian, dan lain-lain.
Kenapa acuan itu penting? Untuk orang yang ingin mengembangkan diri perlu melakukan seleksi. Kalau kita ingin hebat di segala bidang dalam satu waktu dan secara bersamaan, ini malah menyulitkan dan biasanya gagal. Karena itu kita butuh acuan. Mengetahui kelebihan itu sama pentingnya dengan mengetahui kelemahan. Kelemahan yang kita ketahui itu bukan kelemahan, melainkan kelebihan.

4.      Skala kompetensi. Ada skala kompetensi tertentu yang sering kita asumsikan sebagai bakat bawaan atau kecerdasan bawaan, padahal itu bukan. Contoh yang paling tepat di sini adalah entrepreneurship (kewirausahaan). Banyak yang mengasumsikan dirinya berbakat untuk menjadi pengusaha atau sebaliknya.
Padahal kalau kita lihat di teorinya dan di prakteknya, entrepreneurship itu skala kompetensi yang paling tinggi. Siapapun bisa menjadi entrepreneur asalkan yang bersangkutan mengasah sifat, skill, atau kebiasaan-kebiasaan yang dibutuhkan untuk menjadi entrepreneur. Ini misalnya saja kemampuan mengkalkulasi peluang dan ancaman, keuntungan dan kerugian, efektivitas dan efisiensi, pendelegasian, menciptakan gagasan yang layak jual, dan seterusnya.  Soal bidangnya apa, cara kerjanya bagaimana, tekniknya seperti apa, ini soal lain.
Karena untuk menjadi pengusaha itu bisa dilakukan semua orang, makanya sekarang ini muncul berbagai sebutan. Ini misalnya saja pengusaha alamiah, pengusaha ilmiah (pengusaha yang mendapatkan pendidikan usaha dari pendidikan formal), ada corporate entrepreneur, social entrepreneur, dan lain-lain. Jadi, menjadi pengusaha adalah soal melatih jiwa, naluri, dan skill.

Jangan menyimpulkan diri sendiri dengan batasan-batasan yang makin membatasi (fixed ability). Ini yang disarankan oleh seorang pakar Psikologi dari Yale University, Stenberg. Kemampuan yang kita miliki itu pada dasarnya, menurut dia, adalah developing ability. Berkembang di sini maksudnya adalah terus meningkat atau terus meluas berdasarkan usaha-usaha yang kita lakukan.

Selasa, 07 Januari 2014

Info Kuliner & Nutrisi

Info Kuliner & Nutrisi
Umbi  jalar merah sangat kaya akan senyawa  antioksida dan beta karoten, termasuk ikopen dan autrein, dan umbi jalar ungu ada tambahan lagi antioksidan betasianin. Zat  tersebut  berkhasiatanti penuaan dini,memacu peremajaan sel,mencegah plak lemak,lemak krosial,penurunan resiko stroke & serangan jantung. Semakin  gelap warna ubi semakin tinggi kandungan nutrisi anti oksidannya.
Bagaimana jika Spanish Omelette yang biasanya dibuat  dengan kentang kita buat berbeda  ? kentang diganti degan ubi ungu sedangkan sayurannya kita gunakan wortel bukan brokoli. Sama praktisnya, tapi nutrisinya lebih berlimpah.
Bahan – bahan:
300 g umbi jalar merah/ungu
150 g wortel kupas
5 butir telur
25 g keju cheedar serut
3 sdt garam
1 sdm seledri iris tipis
50 g bawang bombay,cincang
3 sdm mentega
1 sdm merica hitam bubuk, untuk taburan
Cara Membuat :
1.       Kupas ubi , potong bentuk dadu 2 cm. Kemuduan kukus dan angkat sebelum lembek, sisikan
2.       Sementara merebus ubi, serut wortel ,
3.        Aduk telur keju, garam & seledri dalam wadah  dan tambahkan wortel, aduk rata
4.       Panaskan mentega dalamm teflon, tumis bawang bombay hingga harum,kecilkan api. Atur ubi  dalam teflon ,tuangkan campuran telur. Masak hingga Omelette matang, angkat
5.       Sajikan hangat dengan merica bubuk

Senin, 06 Januari 2014

PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA ANAK USIA DINI



A.      Perkembangan Moral Anak Usia Dini

Manusia merupakan makhluk etis atau makhluk yang mampu memahami kaidah-kaidah moral dan mampu menjadikannya sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap, dan berperilaku. Kemampuan seperti di atas bukan merupakan kemampuan bawaan melainkan harus diperoleh melalui proses belajar. Anak dapat mengalami perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalamanan bekenaan dengan moralitas. Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku (Slamet Suyanto,  2005: 67). Mengingat moralitas merupakan factor penting dalam kehidupan manusia maka manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi perkembangan moralnya.

B.      Konsep-konsep Pengembangan Moral Anak Usia Dini

Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 8.36), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tangguang jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif.  Pengembangan moral anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan berperilaku dalam keluarga dan sekolah.

a.   Pengembangan berperilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan paling efektif untuk melatih berbagai kebiasaan yang baik pada anak.



Menurut Thomas Lickona, sebagimana pendapatnya dikutip oleh Siti Aisyah dkk. (2007: 8.38 – 8.41), ada 10 hal penting yang harus diperhatikan dan dijadikan prinsip dalam mengembangkan karakter anak dalam keluarga, yaitu sebagai berikut.

1.     Moralitas penghormatan

2.     Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap

3.     Mengajarkan prinsip menghormati

4.     Mengajarkan dengan contoh

5.     Mengajarkan dengan kata-kata

6.     Mendorong anak unruk merefleksikan tindakannya

7.     Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab

8.     Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol

9.     Cintailah anak, karena cinta merupakan dasar dari pembentukan moral

10. Menciptakan keluarga bahagia



b.      Pengembangan kebiasaan berperilaku yang baik di sekolah

Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah. Menurut Goleman (1997) dan Megawangi 2004) dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 8.41 – 8.42), bahwa lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pad ataman kanak-kanak. Menurut Schweinhart (Siti Aisyah dkk., 2007: 8.42), pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada pada perkembangan anak selanjutnya.

Di lembaga pendidikan formal anak usia dini, peran pendidik dalam pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu, menurut Megawangi (Siti Aisyah, 2007: 8.45), pendidik harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.



1.       Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil, dan hormat.

2.       Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidik dapat mengenal secara baik anak didiknya.

3.       Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan.

4.       Membetulkan perilaku yang salah pada anak didik.



C.      Strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Usia Dini

Pengembangan moral anak usia dini dilakukan agar terbentuk perilaku moral. Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini memerlukan perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yang mempengaruhi dan menenytukan perilaku moral. Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: strategi latihan dan pembiasaan, 2. Strategi aktivitas dan bermain, dan 3. Strategi pembelajaran (Wantah, 2005: 109).



1.       Strategi Latihan dan Pembiasaan

2.       Strategi Aktivitas Bermain

3.       Strategi Pembelajaran





D.      Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini

Menurut Zakiah Darajat (dalam Lilis Suryani dkk., 2008: 1.9), agama suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan sikap.  Perkembangan nilai-nilai agama artinya perkembangan dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjunjung tinggi kebenaran-kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta, dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku dalam berbgaia situasi.

Pemahaman anak akan nilai-nilai agama menurut Ernest Harms (dalam Lilis Suryani dkk., 2008; 1.10 – 1.11) berlangsung melalui 3 tahap, yaitu sebagai berikut.

1.       Tingkat Dongeng (The Fairy Tale Stage)

Tingkat ini dialami oleh anak yang berusia 3 – 6 tahun. Ciri-ciri perilaku anak pada masa ini masih banyak dipengaruhi oleh daya fantasinya sehingga dalam menyerap materi ajar agama anak juga masih banyak menggunakan daya fantasinya.

2.       Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage)

Tingkat ini dialami anak usia 7 – 15 tahun. Pada masa ini anak sudah dapat menyerap materi ajar agama berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah tertarik pada apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan. Segala bentuk tindak amal keagamaan mereka ikuti dan tertarik untuk mempelajari lebih jauh.

3.       Tingkat Individu (The Individual Stage)

Tingkat individu dialami oleh anak yang berusia 15 ke atas. Konsep keagaamaan yang individualistic ini terbagi atas tiga bagian, yaitu: a. konsep keagamaan yang konvensional dan konservatif yang dipengaruhi oleh sebagian kecil fantasi, b. konsep keagamaan yang murni dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal, dan c. konsep keagamaan yang humanistic. Agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.

Pengembangan nilai-nilai agama pada anak harus didasarkan pada karakteristik perkembangan anak. Jika memperhatikan pendapat Ernest Harms sebagaimana dikemukakan di atas, maka usaha pengembangan nilai-nilai agama menjadi efektif jika dilakukan melalui cerita-cerita yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran agama. Dengan demikian daya fantasi anak berperan dalam menyerap nilai-nilai agama yang terdapat dalam cerita yang diterimanya. 

Minggu, 05 Januari 2014

Cara belajar ilmuan yang paling terkenal di dunia

1. Albert Einstein

Cara berbicaranya pada masa kecil tidak begitu menarik. Kemampuan berbahasa atau berbicaranya sangat lambat. Melihat kondisi itu orang tuanya sangat prihatin sehingga ia berkonsultasi dengan dokter.

Karena kemampuan berbicaranya yang lambat membuatnya pernah gagal di sekolah dan kepala sekolah menyarankan agar ia keluar dari sekolah. Tentu saja ia memberontak kepada sekolah yang mengusirnya dan menganggapnya sebagai anak yang sangat bodoh.

Pada masa kecil, Einstein adalah anak yang baik dan ia punya karakter suka menolong, karakter ini membuatnya makin cerdas. Kemampuan berbahasanya memang lebih rendah dibandingkan kemampuan numerika atau matematika.

Ia tidak pernah gagal dalam mata pelajaran matematika. Sebelum ia berumur lima belas tahun ia telah menguasai kalkulus diferensial dan integral yang dipelajarinya secara otodidak.

Saat di sekolah dasar, dia berada di atas kemampuan rata-rata kelas, namun ia memiliki kegemaran untuk memecahkan masalah rumit dalam aritmatika terapan.

Orang tuanya ikut mendukung minat Einstein dalam matematika. Ia membelikan buku-buku teks sehingga ia bisa menguasai pelajaran angka-angka selama liburan musim panas.


2. Thomas Alfa Edison
Ia belajar bagaimana cara menemukan lampu. Sebelum lampu pertamanya menyala ia melakukan 5.000 eksperimen yang selalu berakhir dengan kegagalan. Namun cara berpikir yang dimiliki oleh Thomas Alfa Edison sangatlah positif dan tahan banting, ini membawanya kepada kreativitas tingkat tinggi. 

3. Isaac Newton
       

Lahir di Woolsthorpe-Lincolnshire, Inggris. Ia adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ayahnya yang juga bernama Isaac Newton meninggal tiga bulan sebelum kelahiran Newton. Newton dilahirkan secara prematur. Ketika Newton berumur tiga tahun, ibunya menikah kembali dan meninggalkan Newton di bawah asuhan neneknya.

Newton memulai sekolah saat tinggal bersama neneknya di desa dan kemudian dikirimkan ke sekolah bahasa di daerah Grantham dimana dia akhirnya menjadi anak terpandai di sekolahnya.

Saat bersekolah di Grantham dia tinggal di kost milik apoteker lokal (William Clarke). Sebelum meneruskan kuliah di Universitas Cambridge (usia 19), Newton sempat menjalin kasih dengan adik angkat William Clarke, Anne Storer. Namun Newton memfokuskan dirinya pada pelajaran dan kisah cintanya menjadi semakin tidak menentu dan putus begitu saja.

Keluarganya mengeluarkan Newton dari sekolah dengan alasan agar dia menjadi petani saja, bagaimanapun Newton tidak menyukai pekerjaan barunya.

Kepala sekolah King’s School kemudian meyakinkan ibunya untuk mengirim Newton kembali ke sekolah sehingga ia dapat menamatkan pendidikannya. Newton dapat menamatkan sekolah pada usia 18 tahun dengan nilai yang memuaskan.

Newton diterima di Trinity College Universitas Cambridge (sebagai mahasiswa yang belajar sambil bekerja untuk mengatasi masalah keuangannya). Pada saat itu, kurikulum universitas didasarkan pada ajaran Aristoteles, namun Newton lebih memilih untuk membaca gagasan-gagasan filsuf modern yang lebih maju seperti Descartes dan astronom seperti Copernicus, Galileo, dan Kepler.

Ia kemudian menemukan teorema binomial umum dan mulai mengembangkan teori matematika yang pada akhirnya berkembang menjadi kalkulus.


4. Charles Darwin
 
Lahir tanggal 12 Februari 1809 di Shropshire, Inggris. Ia anak ke-lima Robert Waring Darwin. Ia belajar sesuai dengan kurikulum berbahasa Yunani Klasik. Ia tidak memperlihatkan prestasi yang bagus secara akademik.

Kemudian ia mengambil jurusan kedokteran tetapi tidak banyak memperoleh kemajuan. Untuk itu ia melakukan usaha lain agar bisa maju. Ayahnya menyarankan Darwin untuk menjadi pendeta dan belajar di Christ’s College untuk belajar teologi.

Tetapi ia juga tidak memperoleh kemajuan, ia malah senang berburu dan permainan menembak. Ternyata Darwin mempunyai minat dalam mengkoleksi tanaman, serangga, dan benda-benda geologi. Ia tertarik dengan bakat berburu sepupunya William Darwin.

Darwin mengembangkan minatnya dalam serangga dan spesies langka. Naluri ilmiah Darwin didorong oleh Alan Sedgewick, seorang ahli bumi, dan juga didorong oleh John Stevens Henslow, seorang professor botany.

Darwin kemudian menjadi naturalist (pencinta alam) dan ikut melakukan ekspedisi dengan HMS Beagle. Tim ekspedisi HMS Beagle berlayar dan mengunjungi banyak negeri di lautan Pasifik Selatan sebelum kembali ke Inggris melalui Tanjung Harapan Baik di Afrika Selatan, dalam rangka mengelilingi dunia.

Darwin juga sangat dipengaruhi oleh pemikiran Thomas Malthus, dengan bukunya "Essay on the Principle of PopulationI". Buku tersebut mengatakan bahwa populasi seharusnya bertambah sesuai dengan batas persediaan makanan, kalau tidak maka akan terjadi persaingan untuk memperebutkan makanan.

Setelah membaca buku ini, Darwin memfokuskan teorinya bahwa "The diversity of species centered on the gaining of food – food being necessary both to survive and to breed"- semua jenis spesies terfokus dalam memenuhi kebutuhan makanan dan makanan berguna untuk kelangsungan hidup dan untuk berkembang biak. 
 

Sabtu, 04 Januari 2014

Gigi Keropos Terjadi Sejak Zaman Batu

Peneliti menemukan bukti tersebut dari tengkorak pemburu yang hidup pada zaman batu dan tinggal di kawasan yang sekarang menjadi Meksiko. Dan para peneliti mengatakan para pemburu itu banyak mengkonsumsi  kacang-kacangan yang berkabohidrat tinggi. Mereka hidup pada zaman batu lebih dari 13.700 tahun-15.000 tahun lalu. Buruknya kesehatan gigi mereka menunjukkan mereka sering kesakitan.

Pada saat tertentu, syaraf gigi tidak pernah mati dan mereka kesakitan sekali apalagi bila bengkak,  kata Dr Louse Humprey dari museum Natural History di London. Kesehatan gigi menjadi semakin buruk saat manusia mulai beralih ke masyarakat pertanian dengan konsumsi lebih banyak karbohidrat. Para ilmuwan melakukan penelitian tentang kesehatan gigi  52 tengkorak yang ditemukan di Grotte des Pigeons di Taforalt, Moroko timur selama lebih dari 10 tahun. Tengkorak itu menunjuk  gigi keropos sekitar setengah dari keseluruhan jumlah gigi. Selain kesakitan akibat gigi keropos dan bengkak, masalah gigi ini juga menyebabkan bau mulut ekstrem.

Jumat, 03 Januari 2014

Tiga Study Kasus Kerangka Menejemen Resiko pada Transportasi Material yang berbahaya

Tiga Study Kasus Kerangka Menejemen Resiko pada Transportasi Material yang berbahaya 

Latar Belakang
Departemen memiliki program pengamanan yang comprehensive dalam hal transportasi transportasi material yang berbahaya, program pengamanan ini bertujuan untuk melindungi bangsanya dari resiko yang mungkin timbul bagi kehidupan, kesehatan, property, dan lingkungan. Keberadaan program pengamanan pada transportasi material yang berbahaya telah berjalan dengan baik selama beberapa tahun ini. Dalam mengembangkan kerangga menejemen resiko dan mengevaluasi aplikasinya secara nyata, RSPA melakukan 5 hal dibawah ini :
1.      Menyelenggarakan meeting dengan para pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk memperkenalkan ide kerangka menejemen resiko yang baru dan memperoleh feedback.
2.       Mengevaluasi kerangka menejemen resiko yang ada saat ini.
3.      Mengembangkan kerangka menejemen resiko.
4.      Melakukan rapat dengan para ahli untuk menyediakan feedback pada kerangka menejemen resiko
5.      Menggunakan studi kasus untuk mengevaluasi keefektifan kerangka menejemen resiko
Studi Kasus 1: Program Pelepasan non-accidental yang diatur oleh Asosiasi Jawatan kereta api Amerika

1.     Dasar pemikiran untuk Memilih Program NAR
Asosiasi dagang yang dipilih untuk ikut ambil bagian dalam studi ini adalah Asosiasi Jawatan kereta api Amerika ( AAR). AAR mengurus suatu material yang penuh resiko release-prevention program dipanggil Non-Accident Release ( NAR). RSPA memilih AAR’S Program NAR karena telah terbukti sukses mengurangi jumlah dari Non-Accident Release dalam beberapa tahun terakhir ini dan juga memberikan cukup jumlah data dan dokumentasi yang tersedia untuk dianalisa.

2.         Pengertian NAR

AAR adalah memperhatikan NARS sebab mereka dapat menandai defisiensi operasional, jika tidak dikendalikan, dapat mendorong kearah kecelakaan skala lebih besar atau release ( lihat kotak untuk definisi NAR). Sasaran Program NAR adalah untuk mengurangi frekwensi NARS seluruh Amerika Utara sebesar 25% pada 1998 dan 50% pada akhir 2000 ( 1995 adalah tahun awal). Agar berhasil Program NAR harus menaikkan maka kesadaran antar semua pemain dilibatkan dan oleh karena itu Program NAR meliputi pengirim, pengangkut, kepemilikan [kereta,mobil], asosiasi dagang, penerima, para penyalur komponen dan para agen pengatur; banyak dari yang bukanlah perusahaan anggota AAR. Efektivitas Program NAR bergantung pada besarnya keikutsertaan yang sukarela dan kooperasi dari banyak perusahaan non-member.

3.     Program NAR dan diperkenalkannya Kerangka managemen resiko

A.           Perbandingan program NAR dengan filosofi kerangka yang diperkenalkan
Program NAR tidak berada pada suatu filosofi yang sebenarnya seperti yang digambarkan pada kerangka managemen resiko, namun kesemua misi atau strategi tersebut dapat dilihat sebagai sesuatu yang sama. Misi ini untuk mencegah kejadian NARS melalui program pengumpulan informasi. Mengembang kesadaran luas seperti kerangka dalam action informed by analysis, NAR Strategi Atau Misi program meliputi suatu tindakan dan suatu unsur analisa. Perihal unsur tindakan, Program NAR meliputi aktivitas, seperti distribusi Paket Tindakan dan lain informational material, yang dapat dipertimbangkan tindakan. Sasaran program adalah untuk memotivasi peserta untuk bertindak dan mengurangi NARS.

B.            perbandingan NAR dengan prisip dikenalkanya kerangka ini

Bagian ini fokus pada bagaimana Unsur-Unsur Program yang utama NAR terhadap prinsip kerangka manajemen resiko yang telah diperkenalkan di Bagian 1.2. hal ini 3 menyediakan suatu uraian ringkas dari tiap prinsip kerangka dan yang sejenisnya atau unsur NAR serupa. Secara umum, prinsip kerangka nampak cukup lebar untuk menyertakan suatu padanan yang luas atau aktivitas semi-equivalent. Salah satu perbedaan yang semakin penting adalah dimana program NAR menginterpretasikan prioritisasi dalam suatu cara yang lebih terbatas dibanding yang direkomendasikan oleh kerangka tersebut. Program NAR menggunakan prioritisasi untuk menentukan bagian mana akan dikirim oleh tindakan ini, tetapi ini lebih dari suatu penentuan ambang pintu. Dengan yang terbaru pengatur banyaknya NARS, akan jadi menarik untuk melihat bagaimana tambahan prioritas yang mungkin ditentukan oleh Program NAR. 2.3.3 Perbandingan Program NAR dengan Yang diusulkan Framework’S Umum, pendekatan tahapan Manajemen Resiko pendekatan tahapan kerangka Manajemen Resiko dari RSPA telah dikembangkan menjadi cukup fleksibel untuk diberlakukan bagi suatu jangkauan luas situasi manajemen dan mampu melayani untuk suatu keseluruhan program manajemen resiko. Sebagai alternatif, itu dapat diterapkan denagn cara lebih dipusatkan untuk memandu suatu analisa manajemen resiko dan implementasi menargetkan pada resiko operasi tunggal. Untuk melihat hubungan antara Program NAR dan Pendekatannya, kita dapat menggolongkan masing-masing tentang aktivitas program NAR atau unsur-unsur cara yang serupa kepada langkah-langkah yang ditemukan dalam pendekatan yang dikenalkan Pada tabel 4.
4.     Kesimpulan
Kerangka Manajemen Resiko ( mencakup filosofi, prinsip dan Pendekatan) dan Program NAR berbagi beberapa persamaan penting. Keduanya sistem akhirnya mempunyai tujuan untuk mengurangi kemungkinan dari kecelakaan akan terjadi. Ini diartikan ke dalam pengurangan resiko yang berhubungan dengan pengangkutan material penuh resiko. Kerangka menempatkan lebih pada penekanan aktivitas penilaian resiko dibanding Program NAR. Hal ini tidak mengejutkan sebab kerangka kenyataannya lebih banyak suatu sistem manajemen resiko dibanding NAR yang programnya menempatkan suatu penekanan lebih besar pada analisa peristiwa dan perkerjaan mengikuti tujuan yang akan dicapai. Program NAR terdiri dari analisa dan tindakan oleh AAR dan perusahaan tersebut.

Studi kasus 2 : program Eksempsi RSPA dan peraturan eksempsi medical waste.

1.      Rasional untuk memilih program eksempsi RSPA

RSPA memilih untuk mempelajari program Eksempsinya sendiri untuk mengetahui bagaimana baik kerangka kerja manajemen resiko yang baru dapat disatukan dalam prosesnya sendiri untuk memperbaiki usaha manajemen resiko. Sebagai tambahan, pengaplikasian manajemen resiko yang baru untuk menyatakan area yang potensial untuk perbaikan manajemen resiko dalam program eksempsi.

2.      Deskripsi program eksempsi RSPA

Eksempsi menyediakan alternative untuk Peraturan Material Berbahaya (HMRs) DOT dan digunakan untuk menyediakan keringanan dari regulasi ketika keadaan mengizinkan pengecualian pada peraturan. Kejadian ini meliputi permintaan untuk menggunakan metode lain untuk menggunakan metode lain untuk transportasi, packaging atau manufacturing material berbahaya selain yang telah ditulis dalam peraturan. Minimal, aplikasi eksempsi harus menyediakan :
1.      Informasi yang mendeskripsikan shipping yang relevan dan pengalaman insiden
2.      Pernyataan yang mengidentifikasi peningkatan resiko untuk penyelamatan yang mungkin berhasil jika eksempsi diizinkan dan deskripsi pengukuran yang diambil untk menandai resiko
3.      Data dan hasil tes yang menusulkan alternative akan mendapatkan level safety minimal sama dengan yang dibutuhkan regulasi eksempsi yang ditandai
4.      Jika level safety tidak ditetapkan oleh regulasi, analisis yang mengidentifikasi tiap bahaya, kegagalan yang potensial dan probabilitas terjadinya dan bagaimana menggabungkan resiko dengan setiap bahaya / kegagalan dikontrol untuk berlangsungnya aktivitas atau daur hidup packaging.
Analisis harus dilakukan oleh aplikan untuk memenuhi salah satu dari kriteria di atas secara tipikal mengacu pada analisis safety. Analisis safety yang menyertai aplikasi, mengubah penilaian resiko yang lebih dalam ke investigasi performansi yang lebih sederhana.
3.    Eksempsi pengaturan Packaging dan Transport Medical Waste.
Eksempsi pengaturan Medical Waste diambil sebagai contoh oleh dua Eksempsi berbeda, # 10821 dan # 10826, masing – masing menandai set yang kecil yang berbeda dari HMRs. Eksempsi # 10821 mengecualikan aplikan dari DOT HMRs berikut :
1.      49 CFR 172.101 masuk dalam kolom (8) (b) dan (8)(c) untuk pengaturan medical waste
2.      49 CFR 173.197 di mana spesifikasi packaging non-DOT didefinisikan dan diberi kuasa
Eksempsi #10826 dikeluarkan 1993 dan pengecualiannya dari regulasi di atas ditambah :
1.      49 CFR 171.8 definisi spesifik ditemukan dalam bab “Definisi dan Abreviasi”

Dalam tujuan untuk mengikat dan membandingkan aktivitas yang mengambil tempat selama proses evaluasi dari pengaturan Eksempsi medical waste pada elemen yang menyempurnakan kerangka kerja manajemen resiko yang diusulkan. pada elemen yang menyempurnakan kerangka kerja manajemen resiko yang diusulkan. Program eksempsi dan kerangka kerja manajemen resiko Perbandingan program Eksempsi dan filosofi kerangka kerja manajemen resiko yang diusulkan. Program Eksempsi RSPA mempunyai 2 tujuan yang dikombinasikan yang dapat dilihat sebagai “Filosofi Dasar” sebagai gambaran dalam kerangka kerja manajemen resiko. Tujuan utama program eksempsi adalah :
1.      Mencegah pelepasan material berbahaya selama transportasi untuk melindungi masyarakat
2.      Eksempsi diizinkan hanya ketikasuatu level safety yang ekuivalen oleh alternatif yang diusulkan Perbandingan program Eksempsi pada prinsip-prinsip kerangka kerja manajemen resiko yang diusulkan

Bagian berikutnya berfokus pada bagaimana elemen mayor atau aktivitas program Eksempsi RSPA mengikat ke dalam prinsip-prinsip kerangka kerja manajemen resikoyang diusulkan yang ada di daftar pada bagian 1.2. Dalam beberapa kasus beberapa aktivitas yang terjadi selama aplikasi eksempsi RMW dan proses evaluasi digunakan untuk menginvestigasi konsistensi dengan prinsip kerangka kerja manajemen resiko.

 4. Observasi

Terdiri dari beberapa observasi yang dibuat sebagai hasil perbandingan program Eksempsi pada Approach :
  1. Control Point menempatkan kontrol dapat diaplikasikan untuk mencegah, mengeliminasi resiko.
  2. Antara approach dan program Eksempsi memiliki suatu rangkaian, stepwise approach dengan hasil aakhir terdiri dari beberapa bentu evaluasi / verifikasi dan suatu hubungan feedback loops
  3. Memelihara dokumentasi yang layak dari seluruh analisis, data, hasil-hasil, keputusan dan backup informasi lain yang berhubungan dengan resiko system manajemen.
  4. Pendekatan dan Proses Aplikasi eksempsi melakukan pemusatan dengan sangat baik meliputi penilaian, strategi, tindakan, verifikasi dan evaluasi.
5. Kesimpulan
  1. apa perbedaan dan persamaan yang mencolok antara kerangka kerja manajemen resiko yang diusulkan dan program eksempsi RSPA?
Kerangka kerja manajemen resiko yang diusulkan (termasuk filosofi, prinsip dan pendekatan) dan Program Eksempsi terdapat beberapa persamaan. Keduanya merupakan sistem decision making yang menggunakan proses iteratif yang sama. RSPA fokus pada komitmen untuk mempertahankan level safety yang ekuivalen dan melindungi masyarakat dari material berbahaya. Komitmen ini sangat mirip dengan titik berat kerangka kerja pda pemeliharaan “Komitmen Manajemen pada Manajemen Resiko”.
2.      apakah kerangka kerja manajemen resiko yang diusulkan flexibel, dapat diadaptasi dan berguna?

Elemen spesifik dari kerangka kerja manajemen resiko yang diusulkan dibuat untuk mengadaptasi dengan baik pada area yang teliti pada program eksempsi. Pertama, langkah terakhir dari Approach lebih dapat beradaptasi pada aktivitas yang lebih luas. Dengan kata lain, langkah ini termasuk subaktivitas yang mungkin untuk menemukan dasar umum antara 2 sistem. Lebih pentingnya, beberapalangkah Approach dan prinsip kerangka kerja mengandung rekomendasi berguna dalam deskripsinya yang dapat digabung dalam program eksempsi untuk perbaikan usaha manajemen resiko.


Studi Kasus 3 (Himpunan dari pendekatan menejemen resiko yang digunakan untum memilih anggota dari inditri truk)

1.    Metodologi untuk mempelajari pendekatan menejemn resiko
Indistri truk merupakan sector penting dalam transportasi material berbahaya. Selain itu, karena induatri truk sangat beragam (ukuran , geografi, response level), ini merupakan hal yang sangat penting untuk menguji kerangka menejemen resiko pada sector ini. Dalam studi kasus ini, National Tank Truck Carriers (NTTC) sangat membantu dalam menyediakan hubungan dengan berbagai macam industri truk. Meliputi Miller Transportation, Groendyke, dan Environmental Compliance Services, yang memiliki program menejemen resiko aktif atau memiliki kekuatan yang menarik dalam pengamanan truk hazmat.

2.    Kompilasi dari pendekatan menejemen resiko

Ketika memikirkan tentang bagaimana mengelola resiko dari mentransportasikan material baru yang berbahaya, perusaan truk mengidentifikasi factor pengendali resiko utama berdasarkan pada pengalaman stafnya. ICF mengkategorikan beberapa control utama menjadi beberapa topik yang secara umum mengikuti langkah-langkah yang ada pada kerangka kerja menejemen resiko RSPA.
  1. Memahami dan mengevaluasi bahaya dan resiko
  2. Pihak yang terkena Bahaya
  3. Continuous Improvement and Evaluation
  4. Management Commitment
3.      Kesimpulan
Kesimpulan dibawah ini, merupakan jawaban dari dua pertanyaan yang ada dibawah ini :
  1. Apakah perbedaan utama dan persamaan antara usulan kerangka kerja menejemen resiko dan pendekatan menejemen resiko yang digunakan untuk memilih perusahaan truk?
Secara umum, pendekatan menejemen resiko oleh perusahaan truk telah konsisten dengan filosofi dan urutan proses dalam kerangka kerja menejemen resiko. Ketentuan area seperti komitmen menejemen secara kuat ditekankan kedua kerangka kerja menejemen resiko sebaik perusahaan truk. Kerangka kerja menejemen resiko menyarankan struktur analisis resiko sesuai secara umum. Apakah kerangka kerja menejemen resiko yang diusulkan flexible, adaptable, dan berguna? Elemen khusus pada usulan kerangka kerja menejemen resiko terlihat secara rasional.

 

Blogger news

Blogroll

About